Diare merupakan salah satu penyakit pada saluran pencernaan yang cukup sering kita temui. Diare sendiri didefinisikan sebagai pengeluaran buang air besar (BAB) yang berbentuk cair dan terjadi sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari. BAB dengan frekuensi lebih dari 3 kali dengan konsistensi seperti biasa tidak termasuk dalam diare. Demikian pula dengan BAB berbentuk cair yang terjadi hanya 1-2 kali dalam sehari. Penetapan diare ini penting untuk menentukan terapi apa yang perlu diberikan kepada penderita.

Pengeluaran cairan yang berlebihan pada diare disebabkan oleh penurunan fungsi penyerapan cairan di saluran cerna. Fungsi ini dijalankan oleh sel-sel pada dinding usus halus dan usus besar, sehingga hal apapun yang merusak struktur dinding usus ini akan menimbulkan gejala diare. Berbagai faktor berperan pada terjadinya diare, baik faktor dari luar tubuh maupun kondisi tubuh kita sendiri. Berikut ini adalah berbagai faktor penyebab terjadinya diare:

  1. Konsumsi makanan/minuman yang kurang higienis
    Salah satu faktor penting dalam terjadinya diare adalah tingkat higienitas dari makanan maupun minuman yang kita konsumsi. Berbagai jenis bakteri, virus, dan parasit dapat masuk kedalam saluran cerna melalui makanan dan minuman yang kita konsumsi. Bila kita ingin membeli makanan diluar, pilihlah tempat makan yang selalu terjaga kebersihannya. Bila kita memasak makanan, pastikan bahan-bahan yang digunakan dalam kondisi bersih melalui pencucian dengan sabun dan air mengalir maupun memasak hingga matang.
    Selain isi makanan / minuman, higienitas alat makan dan tangan kita juga berperan penting dalam pencegahan diare. Tangan kita bersentuhan dengan berbagai jenis benda yang berpotensi untuk menjadi media penyebaran kuman penyebab gangguan pencernaan. Mencuci tangan sebelum makan merupakan sebuah kewajiban untuk mencegah terjadinya diare.
  2. Kondisi kekebalan tubuh yang sedang menurun
    Dalam kenyataan sehari-hari, kita terkadang makan di tempat makan yang kurang higienis, lupa mencuci tangan sebelum makan, hingga tidak mencuci bahan makanan dengan baik. Namun, dalam kondisi seperti itu, tidak selalu kita mengalami diare. Sistem kekebalan tubuh kita menjadi pelindung dari berbagai kuman yang masuk ke saluran cerna. Pada saat kekebalan tubuh, khususnya di saluran cerna, tidak berfungsi dengan baik, konsumsi makanan dan minuman yang kurang higienis akan menimbulkan gejala diare.
  3. Intoleransi laktosa
    Laktosa merupakan salah satu jenis gula yang terdapat dalam berbagai jenis susu hewani. Laktosa memerlukan enzim khusus, yaitu lactase dalam proses pencernaannya dan produksi enzim ini berkurang seiring dengan pertambahan usia. Seseorang yang secara rutin mengkonsumsi susu memiliki kadar lactase yang cukup, sedangkan pada orang yang jarang mengonsumsi susu, kadar lactase menurun dengan cepat. Laktosa yang tidak diproses dan diserap dengan baik akan terbawa hingga ke usus besar, menarik cairan disana dan dapat menyebabkan diare.
  4. Alergi makanan / obat
    Alergi terhadap suatu jenis makanan atau obat juga dapat menimbulkan gejala diare. Reaksi alergi di saluran cerna akan menyebabkan terjadi proses keradangan yang merusak struktur dinding usus. Kerusakan ini mengganggu proses penyerapan cairan, sehingga cairan banyak terbuang dan menimbulkan gejala diare. Diare akibat alergi makanan ini biasanya juga diikuti oleh gejala alergi lainnya, seperti gatal dan kemerahan di seluruh tubuh, bersin-bersin, hingga sesak napas.

Terdapat beberapa jenis diare yang disertai oleh gejala yang khas dan berdampak signifikan terhadap penyebab dan pengobatannya, seperti diantaranya:

  1. Diare disertai dengan darah dan lendir
    Diare yang disertai dengan lendir atau darah biasanya disebabkan oleh bakteri, disebut juga dengan disentri. Bila kita mengalami diare seperti ini, segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.
  2. Diare dengan rasa panas & perih di area anus serta berbau asam
    Diare ini biasanya disebabkan oleh intoleransi laktosa. Laktosa yang tidak bisa dicerna akan berubah menjadi asam sehingga menimbulkan rasa panas dan perih di anus. Perlu diingat kembali konsumsi makanan yang mengandung tinggi laktosa, seperti susu, keju, eskrim, dll.
  3. Diare cair dengan frekuensi > 15 kali dalam sehari dan berwarna putih keruh
    Diare ini disebabkan oleh bakteri kolera yang bisa dengan cepat menimbulkan dehidrasi. Diare jenis ini perlu segera ditangani di rumah sakit untuk mencegah dehidrasi dengan penggantian cairan dengan cepat.

Bila kita atau orang terdekat kita mengalami gejala diare, maka beberapa tindakan awal yang bisa dilakukan diantaranya:

  1. Konsumsi cairan lebih banyak
    Pasien diare kehilangan cairan dalam jumlah yang lebih banyak melalui saluran pencernaan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Oralit merupakan jenis cairan yang terbaik untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit pada diare. Bila sulit mendapatkan oralit, dapat diganti dengan air mineral yang ditambah dengan garam dan gula. 1 gelas air mineral (250 mL) ditambah dengan 1 sendok teh gula dan seujung sendok teh garam. Oralit diminum 1 gelas setiap 1 kali diare.
    Selain oralit, konsumsi air mineral juga harus lebih banyak dari biasanya. Jenis cairan lainnya seperti minuman isotonik, jus, hingga teh juga dapat dikonsumsi. Konsumsi susu dapat dihindari pada orang dewasa, karena dapat mencetuskan intoleransi laktosa yang bias memperberat diare. Makanan yang mengandung tinggi cairan juga bisa dikonsumsi lebih banyak, seperti sup, kuah kaldu, dan buah berair banyak, Tidak ada batasan sebanyak apa konsumsi cairan yang bisa dikonsumsi, Pada bayi dibawah 2 tahun, pemberian ASI sangat bermanfaat untuk mengganti cairan tubuh dan mempersingkat proses diare.
  2. Hindari konsumsi obat untuk penghambat diare
    Salah satu hal yang sering dilakukan oleh penderita diare adalah mengkonsumsi obat-obatan yang bertujuan untuk menghambat diare. Obat-obatan ini dapat dibeli dengan bebas di apotik maupun toko. Padahal, proses keluarnya feses cair pada diare membantu pengeluaran toksin dan kuman penyebab di saluran pencernaan. Dengan dihambatnya proses pengeluaran diare, proses infeksi maupun keradangan saluran cerna terjadi lebih lama dan kesakitan tidak kunjung usai. Hindari konsumsi obat-obatan untuk menghambat diare.
  3. Konsumsi tablet zinc
    Tablet zinc selalu diresepkan oleh dokter kepada pasien dengan keluhan diare, namun kita bisa membeli langsung di apotik. Tablet zinc berperan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh di saluran cerna dan mempercepat pemulihan struktur dinding usus. Konsumsi tablet zinc sedari dini dapat mempercepat pemulihan diare. Pada orang dewasa, tablet zinc dikonsumsi dengan dosis 20 mg 1 kali sehari. Tablet zinc harus dikonsumsi secara terpisah dengan makanan maupun obat lainnya, sebaiknya dalam kondisi perut kosong.
  4. Konsumsi probiotik
    Probiotik terdiri dari sejumlah bakteri baik, yaitu bakteri yang bermanfaat untuk saluran cerna. Konsumsi probiotik dapat membantu penyembuhan saluran cerna dengan menghasilkan zat kekebalan tubuh dan membantu membasmi kuman penyebab diare. Berbagai jenis probiotik dapat dikonsumsi selama proses diare, memberikan manfaat yang sama pada proses penyembuhan.

Bila dengan beberapa langkah diatas, keluhan tidak membaik selama maksimal 2×24 jam, maka perlu segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat. Namun, bila terjadi diare yang perlu diperhatikan (diare sangat banyak (>15 kali dalam sehari) dan diare disertai darah serta lendir) atau penurunan kondisi secara cepat yang ditandai oleh pusing berputar, badan sangat lemas, disertai mual muntah, hingga penurunan kesadaran, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat.

Diasuh oleh:
dr. William Prayogo Susanto, M.Biomed
Dokter RSGM Maranatha

Sumber Pustaka:

K.G. Brandt, M.M. de Castro Antunes, G.A.P. da Silva. Acute diarrhea: evidence-based management. J Pediatr (Rio J), 91 (2015), pp. S36-S43
WebMD. https://www.webmd.com/digestive-disorders/understanding-diarrhea-treatment
Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4108-diarrhea
Surawicz, C.M. Mechanisms of Diarrhea. Curr Gastroenterol Rep 12, 236–241 (2010).
Radlovic N, Lekovic Z, Vuletic B, Radlovic V, Simic D. Acute diarrhea in children. Srp Arh Celok Lek 2015;143:755–62.

Tags