Seiring berjalannya waktu, tubuh manusia mengalami perubahan sesuai dengan masanya. Tubuh lansia mengalami banyak perubahan dalam berbagai aspek sehingga mempengaruhi kebutuhan gizinya. Jika nutrisi pada lansia dipenuhi secara tepat, tubuh mereka akan semakin sehat. Sebaliknya, apabila nutrisi tidak terpenuhi atau malah nutrisi yang berlebihan, akibatnya akan rentan terkena penyakit yang dapat membahayakan. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengetahui nutrisi yang dibutuhkan serta kiat untuk memenuhinya sebagai upaya menjaga kesehatan lansia.
Masa lanjut usia dapat dikatakan sebagai periode penutup dalam rentang hidup seseorang. World Health Organisation (WHO) membagi rentang usia lanjut seseorang ke dalam 4 periode, yaitu :
- Usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun
- Lanjut usia (elderly) : usia 60-74 tahun
- Lanjut usia tua (old) : usia 75-90 tahun
- Usia sangat tua (very old) : usia di atas 90 tahun
Di Jepang tepatnya di daerah pantai pulau Okinawa, banyak sekali penduduk yang berusia lebih dari 90 tahun, bahkan beberapa sudah melewati usia satu abad. Kunci hidup sehat mereka adalah: banyak konsumsi ikan, berhenti makan sebelum kenyang, hidup tenang, selalu gembira dan gemar bersosialisasi. Kelihatannya kita semua perlu belajar dari contoh penduduk Okinawa tersebut. Beberapa negara maju mengelompokan lansia adalah usia 65 tahun ke atas, sementara negara berkembang adalah di atas usia 60 tahun. Organisasi ESPEN di Eropa (The European Society for Clinical Nutrition and Metabolism) mengingatkan adanya bahaya frailty atau kerapuhan pada lansia. Frailty adalah sindroma geriatric (pada lansia) dengan ciri khas berkurangnya kemampuan fungsi (pikiran, fisik) dan adaptasi akibat kemunduran berbagai sistem fisiologis sehingga lansia menjadi sangat rentan terhadap berbagai tekanan/stress atau penyakit.
Nutrisi mempunya peran dan fungsi yang begitu penting bagi tubuh seseorang, terlebih lagi bagi lansia. Beberapa alasannya antara lain:
- Lansia rentan terkena penyakit akut/ kronis, sehingga diperlukan nutrisi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
- Terjadi perubahan komposisi pada tubuh lansia, dimana kandungan lemak dalam tubuh meningkat, sementara protein menurun. Hal ini menyebabkan otot mengecil dan menurunkan kekuatan dan kemampuan otot lansia. Oleh karena itu lansia memerlukan asupan protein yang lebih tinggi.
- Fungsi penyerapan nutrisi di saluran cerna menurun, sehingga lansia perlu mengonsumsi nutrisi dengan densitas (kepadatan) tinggi.
- Risiko pemberian nutrisi yang kurang atau sebaliknya berlebih dapat menimbulkan malnutrisi atau obesitas.
Lalu, apakah kebutuhan nutrisi pada lansia juga sama dengan pada orang dewasa? Jawabannya tentu saja tidak. Kebutuhan nutrisi pada lansia berbeda dengan kebutuhan nutrisi pada orang dewasa lainnya. Perubahan pada fisiologis tubuh, kemungkinan adanya penyakit dan perbedaan aktivitas sehari- hari menjadi penyebab perbedaan ini. Beberapa masalah gizi dan penyakit utama yang muncul dan dialami oleh lansia seringkali berkaitan dengan asupan gizi, antara lain:
- Kegemukan/ gizi berlebih: Biasa disebabkan karena asupan makan tetap banyak, namun aktivitas dan olahraga tidak ada.
- Kurus/ gizi kurang: Pada beberapa kondisi, lansia menjadi malas makan.
- Penyakit utama yang dipengaruhi oleh gizi: diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, jantung koreoner, osteoporosis dll.
Perlu diperhatikan bahwa jumlah asupan kalori bagi lansia lebih sedikit, karena aktivitas juga sudah tidak begitu banyak. Kebutuhan protein, karbohidrat kompleks, serat, vitamin, kalsium dan air harus benar- benar tercukupi. Sementara konsumsi gula, garam dan minyak harus dibatasi. Komposisi makan pada lansia antara lain setengah piring berisi buah dan sayuran, sementara setengah piring lainnya berisi lauk pauk dan makanan pokok.
Apa yang menyebabkan lansia rentan mengalami kekurangan atau kelebihan nutrisi? Penyebab utamanya adalah karena terjadinya perubahan fisiologis akibat degenerasi atau kemunduran fisik, antara lain:
- Menurunnya berbagai indra: perasa, pengecap, penciuman, penglihatan, pendengaran -> tidak selera makan.
- Perubahan dan banyak gigi yang sudah tanggal -> sulit mengunyah
- Perubahan komposisi tubuh -> kebutuhan energi menurun, fungsi pencernaan menurun -> resiko kekurangan nutrisi penting lainnya.
- Berkurangnya massa otot -> lemas, sulit beraktivitas, kehilangan selera makan.
- Kondisi psikososial (gangguan pendengaran, sulit bergerak, kegemukan) -> kehilangan selera makan
- Lingkungan (keuangan) -> keterbatasan pilihan makanan, diet kurang bergizi.
Ada beberapa prinsip dalam pemberian makanan pada lansia, antara lain:
- Gizi harus seimbang.
- Frekuensi pemberian sering, namun dalam porsi kecil. (3x makan utama, 2-3x cemilan)
- Bahan makanan mudah dikunyah dan dicerna.
- Disajikan dalam keadaan hangat dan segar.
- Makan dalam posisi duduk tenang di meja makan
- Lansia mudah tersedak, jadi sebaiknya tidak makan sambil bicara
Jika seorang lansia mengalami kekurangan atau kelebihan nutrisi, tentunya akan ada resiko yang mungkin terjadi, antara lain:
- Penurunan imunitas tubuh.
- Peningkatan resiko infeksi penyakit.
- Proses penyembuhan sakit menjadi lebih lama.
- Diperlukan biaya yang lebih mahal untuk pemulihan.
- Peningkatan resiko kesakitan dan kematian.
- Obesitas -> meningkatkan resiko penyakit tidak menular, mempercepat proses penuaan/aging, menimbulkan masalah psikososial (malas bertemu orang lain).
Selain pola makan sebenarnya masih ada hal lain yang perlu dilakukan oleh lansia untuk memperoleh kondisi tubuh yang sehat. Hal ini bisa disebut sebagai 4 pilar strategi utama sehat, yang terdiri dari:
- Nutrisi yang baik
- Aktivitas olahraga
- Istirahat yang cukup
- Aspek spiritual: Doa, kegiatan sosial, pertemuan keagamaan, pengajian, arisan dll.
Diasuh oleh:
dr. Meilinah Hidayat
Dokter RSGM Maranatha
Sumber Pustaka:
Volkert D, et al. Clinical Nutrition 2019;38:10-47.
Dewi S, et al. Journal of Information System, Applied, Management, Accounting and Research 2019;3:10-5.
Chourdakis M. Obesity: Assessment and prevention: Module 23.2 from Topic 23 “Nutrition in obesity”.
Clinical Nutrition ESPEN. 2020;39:1-14.
Badosa EL, Tahull MB, Casas NV, Sangrador GE, Méndez CF, Meseguer IH, et al. Hospital malnutrition screening at admission: malnutrition increases mortality and length of stay. Nutricion hospitalaria. 2017;34(4):907-13
Shopee.co.id/Piring-Gizi-Seimbang-Piring-Makanku-food-model-pedoman-gizi-seimbang-i.59999528.3812486379
https://pengertianartidefinisidari.blogspot.com/2019/01/pedoman-gizi-seimbang.html