Saat ini, umat muslim di seluruh dunia tengah menunaikan ibadah puasa. Saat berpuasa tentu kita ingin ibadah lancar, tubuh sehat, dan kegiatan sehari-hari juga tak terganggu. Namun tak jarang gangguan terjadi. Agar ibadah puasa tidak terganggu oleh masalah seputar kesehatan gigi dan mulut tentunya ada hal- hal yang harus diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan bagaimana kita melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut sehari- hari. Lantas hal apa saja yang perlu diperhatikan agar ibadah puasa dapat dijalankan dengan lancar, tanpa gangguan masalah kesehatan gigi dan mulut?

Pemeriksaan Rutin (Kontrol) Kesehatan Gigi

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara rutin ke dokter gigi. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, seberapa sering pemeriksaan (kontrol) kesehatan gigi perlu dilakukan? Sampai saat ini, kontrol kesehatan gigi dianjurkan untuk dilakukan setiap 6 bulan sekali. Tujuan kontrol dokter gigi tiap 6 bulan sekali adalah untuk melakukan evaluasi rutin dari kesehatan oral pasien sehingga dokter gigi dapat menentukan apakah terdapat penyakit pada gigi dan rongga mulut yang memerlukan perawatan, atau apakah terdapat risiko perkembangan penyakit seperti karies dental, penyakit periodontal, hingga oral cancer. Evaluasi risiko ini diharapkan dapat mencegah munculnya berbagai penyakit gigi dan rongga mulut tersebut, sehingga insidensi penyakit dapat berkurang dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Interval kontrol kesehatan gigi setiap 6 bulan atau 2 kali setahun pertama kali dikemukakan oleh American Academy of Dental Science pada tahun 1879. Pada tahun 1890, bagian oral and dental surgery dari American Medical Association menganjurkan kunjungan setiap 2 hingga 4 kali dalam setahun sebagai upaya pencegahan dari kehilangan gigi. Kemudian American Dental Association (ADA) mendirikan Committee on Oral Hygiene, yang pada tahun 1909 mendistribusikan brosur tentang edukasi kesehatan oral yang pertama kali mencantumkan bahwa pasien harus melakukan kunjungan ke dokter gigi paling sedikit 2 kali setahun. Berdasarkan rekomendasi tersebut, sejak tahun 1920-1930 kontrol rutin setiap 6 bulan sekali mulai dipromosikan pada berbagai iklan pasta gigi dan interval waktu tersebut menjadi rekomendasi umum yang disampaikan pada masyarakat.

Banyak negara, terutama negara-negara maju, yang menerapkan frekuensi kontrol kesehatan gigi setiap 6 bulan sekali dalam sistem kesehatannya. Contohnya adalah Indonesia sendiri, yang melalui Kementerian Kesehatan memberikan promosi kesehatan untuk melakukan pemeriksaan gigi secara berkala sekurang-kurangnya setiap 6 bulan sekali. Walaupun demikian, beberapa negara telah menerapkan rekomendasi kontrol kesehatan gigi yang berbeda-beda berdasarkan risiko masing-masing individu atau risk-based. Kunjungan risk-based (risk-based check-ups) adalah kunjungan atau kontrol kesehatan gigi yang waktunya diatur oleh dokter gigi sesuai dengan risiko penyakit gigi dan rongga mulut masing-masing individu. Interval kunjungan risk-based ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, berapa jumlah gigi dan permukaan gigi yang mengalami karies, keparahan dari penyakit gingiva (persentase dari bleeding sites dari gingiva), dan quality of life pasien yang dipengaruhi dari kesehatan gigi dan rongga mulut.

Pemeriksaan kesehatan rongga mulut secara rutin dapat mendeteksi dini munculnya masalah kesehatan gigi dan mulut. Dengan deteksi dini, ketika masalah kesehatan gigi dan mulut ditemukan, diharapkan kondisinya belum terlalu parah, sehingga penanganannya akan lebih mudah. Selain itu, pemeriksaan dan perawatan kesehatan rongga mulut secara rutin akan mencegah berbagai masalah kesehatan rongga mulut, yang bisa timbul kapan saja, termasuk saat kita sedang menjalankan ibadah puasa.

Menggosok Gigi 2 Kali Sehari

Menggosok gigi adalah suatu tindakan membersihkan gigi dan rongga mulut dari debris makanan dan plak. Terdapat berbagai tujuan dari menggosok gigi, mulai dari memberikan rasa segar, menghilangkan bau mulut, mencegah gigi sensitif, hingga menghilangkan stain atau memutihkan gigi. Dalam kedokteran gigi, tujuan paling penting dari menggosok gigi adalah pencegahan berbagai penyakit dalam mulut, terutama karies dental dan penyakit periodontal. Tujuan ini didapatkan dari dua mekanisme yang bekerja saat gosok gigi yaitu, pengangkatan plak secara mekanis dan pemberian agen terapi-kimia lewat pasta gigi, terutama fluoride. Oleh karena itu, efektivitas menggosok gigi bergantung pada frekuensi, durasi, teknik, dan jenis sikat gigi yang digunakan.

Jika hanya mempertimbangkan mekanisme pembersihan plak gigi secara mekanis, maka semakin sering frekuensi menggosok gigi akan semakin mengurangi akumulasi plak sehingga pencegahan penyakit periodontal dan karies dental lebih baik, walaupun hasilnya sangat bergantung pada efektivitas tindakan gosok gigi yang dilakukan dan keretanan tiap individu terhadap akumulasi plak yang berbeda-beda. Akan tetapi, secara praktis tidaklah tepat untuk menyarankan pasien untuk menggosok gigi sesering mungkin karena tindakan gosok gigi yang terlalu agresif dapat menyebabkan resesi gingiva dan abrasi gigi. Kemeterian Kesehatan RI merekomendasikan untuk menyikat gigi dua kali serhari yaitu setelah sarapan/makan pagi dan sebelum tidur. Anak-anak yang menggosok gigi dua kali sehari terbukti memiliki 15-20% lebih sedikit karies dibandingkan anak-anak yang menggosok gigi hanya satu kali atau kurang dari satu kali. [1,3-5].

Menggosok gigi waktu pagi hari setelah makan dan sebelum tidur bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi setelah makan. Menggosok gigi sebelum tidur menjadi penting karena aktivitas bakteri dalam mulut meningkat dua kali lipat saat tidur di mana mulut tidak melakukan aktivitas sehingga kemampuan saliva yang berfungsi menetralisir bakteri dalam mulut berkurang.

Ketika menjalankan ibadah puasa, waktu yang tepat untuk menggosok gigi agar tidak mengganggu ibadah puasa adalah pagi setelah makan sahur dan malam sebelum tidur. Dengan demikian tidak ada sisa makanan yang tertinggal di dalam rongga mulut selama berpuasa, artinya kondisi rongga mulut akan tetap bersih.

Mengatasi Masalah Bau Mulut Ketika Berpuasa

Salah satu masalah lain yang paling sering dijumpai adalah bau mulut. Kebanyakan dari kita tidak sadar bahwa bau mulut merupakan penyakit. Faktor penyebab masalah yang satu ini bisa bermacam- macam, diantaranya dapat disebabkan oleh kondisi gigi dan gusi yang kurang bersih, adanya sariawan, infeksi atau luka pada rongga mulut dan tenggorokan, pola konsumsi.
Beberapa cara mengatasi bau mulut dan tenggorokan yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Menjaga kebersihan rongga mulut dengan menyikat gigi minimal 2x sehari. Menyikat gigi dilakukan saat setelah sahur dan sebelum tidur. Hal ini berguna agar sisa-sisa makanan yang ada di rongga mulut dapat dibersihkan dan tidak diubah oleh bakteri di dalam mulut menjadi asam yang dapat mengakibatkan gigi berlubang, selain itu menyikat gigi berguna untuk mengatasi bau mulut.
  2. Membersihkan lidah, menggunakan alat pembersih lidah. Lidah merupakan salah satu tempat berkumpulnya bakteri, selain menyikat gigi jangan lupa bersihkan lidah dengan menggunakan alat pembersih lidah.
  3. Berkumur setiap kali mengkonsumsi makanan yang beraroma tajam.
  4. Hindari pola konsumsi dan pola hidup tidak sehat seperti merokok dan konsumsi minuman beralkohol.
  5. Penuhi kebutuhan tubuh akan cairan, dengan minum air putih yang cukup, minimal 8 gelas sehari. Selain menghindari terjadinya dehidrasi saat berpuasa, air putih juga berfungsi untuk tetap menjaga rongga mulut agar tidak asam, sehingga rongga mulut tidak terasa bau.
  6. Bagi yang menggunakan gigi palsu, lakukan perawatan secara teratur dan jagalah kebersihannya.
  7. Perbanyak makan makanan berserat tinggi seperti buah dan sayur.
    Perbanyak makan makanan seperti buah dan sayur. Kandungan vitamin dan mineral dalam buah dan sayuran dapat membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Nah, itulah beberapa hal yang perlu kita perhatikan dan bisa kita lakukan untuk mencaja kesehatan rongga mulut, khususnya ketika sedang berpuasa. Tetaplah menjaga kesehatan gigi dan mulut kita supaya ibadah puasa kita lancar. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semuanya. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Salam sehat.
Diasuh oleh: drg. Rosalina (Dokter Gigi RSGM Maranatha)

Daftar Pustaka :

  1. Adrian K (eds.). 2019. Mengenal Dokter Gigi dan Kapan Harus Memeriksakan Gigi. Available from: https://www.alodokter.com/mengenal-dokter-gigi-dan-kapan-saatnya-memeriksakan-gigi
  2. Patel S, Bay RC, Glick M. 2010. A systematic review of dental recall intervals and incidence of dental caries. JADA 141(5):527-39
  3. Fee PA, Riley P, Worthington HV, Clarkson JE, Boyers D, Beirne PV. 2020. Recall intervals for oral health in primary care patients (Review). Available from : https://www.cochrane.org/CD004346/ORAL_how-often-should-you-see-your-dentist-check
  4. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan. 2019. Pentingnya Cek Kesehatan Gigi Berkala. Available from : https://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-cek-kesehatan-gigi-berkala
  5. Ashley P. 2001. Toothbrushing: why, when and how? Dent Update Jan-Feb 2001 28(1):46-40
  6. Praptiningsih RS, Ningtyas EAE. 2010. Pengaruh metode menggosok gigi sebelum makan terhadap kuantitas bakteri dan pH saliva. Majalan Ilmiah Sultan Agung 48(123):1-8
  7. InfoDATIN : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014. Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-info-datin.html. Diakses : 15 Juli 2020.
  8. Kemeterian Kesehatan RI : Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 2013. Gaya Hidup Sehat untuk Gigi yang Sehat. http://promkes.kemkes.go.id/?p=1614. Diakses : 15 Juli 2020.
  9. Kemeterian Kesehatan RI : Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 2014. Kesalahan-Kesalahan dalam Menggosok Gigi. http://promkes.kemkes.go.id/content/?p=2580. Diakses : 16 Juli 2020.
Tags