Kementrian Kesehatan di Indonesia punya target, anak usia 12 tahun bebas gigi berlubang pada tahun 2030. Target organisasi kesehatan dunia (WHO, anak usia 5-6 tahun (masuk ke tahap gigi campuran awal), sebanyak 50% bebas gigi berlubang (karies) di setiap negara. Realita? Riset Kesehatan Indonesia 2018 menunjukkan terdapat 93% gigi rusak pada usia 4-5 tahun, yang berarti dari 100 anak anak usia dini (4-5thn) hanya 7 anak yang giginya tidak berlubang. Memang sampai saat ini karies masih menjadi masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia.

Kerusakan Gigi Anak usia dini di bidang kedokteran gigi dinamakan Early Childhood Caries). ECC ditandai dengan adanya satu atau lebih kerusakan gigi, kehilangan gigi (akibat karies) atau permukaan gigi yang ditambal pada gigi anak hingga usia 71 bulan. Terjadinya karies pada anak usia < 3 tahun menunjukkan suatu bentuk Severe Early Childhood Caries (S-ECC). Istilah S-ECC menunjukkan suatu pola karies gigi yang progresif, akut atau rampan, merupakan suatu indikasi karies dini yang berat/parah. Early Childhood Caries (ECC) adalah salah satu bentuk karies suatu pola lesi karies yang unik. Secara umum ECC merupakan suatu karies rampan yang di sebabkan oleh pemberian susu melalui botol yang tidak sesuai.

ECC merupakan interaksi mikroorganisme (bakteri) kariogenik, fermetasi karbohidrat (makanan), dan permukaan gigi yang rentan (host) dan waktu. Juga terdapat faktor risiko lainnya. Sebagian besar ECC disebabkan oleh lama interaksi bakteri dengan gula pada permukaan gigi. Diet dan kebiasaan makan juga memiliki peran penting dalam terjadinya infeksi dan perkembangan karies.

Gambaran klinis ECC terdiri dari empat tahap yaitu:

  1. Tahap satu/insisal
    Pada anak usia antara 10-20 bulan atau lebih muda, karies diawali dengan garis berwarna putih seperti kapur, opak (white spots) pada gigi seri (insisivus) rahang atas. Gigi ini yang pertama erupsi pada rahang atas dan paling sedikit dilindungi oleh saliva (air liur). Garis putih pada enamel, opak (white spot), tanda awal karies.
  2. Tahap dua,kerusakan/karies
    Pada anak berusia 16-24 bulan. Lesi putih pada insisivus berkembang dengan cepat dan menyebabkan demineralisasi (kelarutan) email sehingga mengenai dan terbukanya dentin. Demineralisasi enamel dan terbukanya permukaan dentin, kavitas kuning-coklat pada permukaan lingual gigi.
  3. Tahap tiga (lesi yang dalam)
    Pada anak berusia 20-36 bulan, lesi sudah meluas pada insisivus sulung maksila, hingga terjadi iritasi pulpa (saraf).
  4. Tahap empat (traumatik)
    Pada anak berusia antara 30-48 bulan, lesi meluas dengan cepat ke seluruh permukaan gigi, mengelilingi permukaan leher gigi (servikal), dalam waktu singkat, terjadi kerusakan yang parah di seluruh mahkota gigi hingga terjadi fraktur dan hanya akar yang tersisa.

Klasifikasi ECC (Berdasarkan Keparahan)

  1. Tipe I (ringan-sedang)
    Terdapat lesi karies yang melibatkan insisivus rahang atas dan atau geraham (molar). Penyebab umumnya selalu karena kombinasi dari makanan semisolid dan solid serta buruknya kebersihan mulut.
  2. Tipe II (sedang-parah)
    Lesi mahkota gigi menyeluruh insisivus rahang atas, dengan atau tanpa karies pada molar. Disebabkan cara pemberian minum susu dengan botol yang berkepanjangan disertai dengan atau tanpa kebersihan gigi dan mulut yang buruk.
  3. Tipe III (parah)
    Lesi karies yang memengaruhi semua gigi termasuk insisivus rahang bawah. Penyebabnya karena kombinasi dari zat kariogenik makanan dan kebersihan mulut yang buruk.

Mekanisme Terjadinya ECC

Anak dengan Early childhood caries (ECC) memiliki riwayat sering mengonsumsi gula seperti sukrosa, dalam bentuk cairan dan dalam waktu yang lama. Pemberian susu melalui botol pada malam hari meningkatkan risiko karies karena terjadinya penurunan aliran saliva selama tidur sehingga kemampuan untuk membersihkan rongga mulut secara alami menjadi berkurang.

Dalam kondisi normal, air liur memiliki peran protektif terhadap perkembangan karies gigi dengan menyediakan sistem pertahanan utama. Laju aliran saliva, sifat antimikroba, kapasitas buffer dan pembersihan makanan dari rongga mulut merupakan faktor yang penting dalam mengurangi perkembangan karies. Penurunan aliran saliva dan kapasitas netralisasi saliva menyebabkan berkumpulnya makanan pada gigi dan terjadinya fermentasi karbohidrat.

Kandungan gula pada susu yang menggenang di dalam mulut anak selama tidur dengan mudah diolah oleh Streptococcus mutans dan lactobacilli menjadi asam laktat. Asam ini menurunkan pH (derajat keasaman) dalam mulut dan mengakibatkan demineralisasi email dan dentin. Penggunaan dot dan botol menghalangi akses saliva ke gigi insisivus atas sedangkan gigi insisivus bawah yang dekat dengan glandula saliva terlindungi oleh lidah dari kandungan cairan dari botol susu. Hal ini menyebabkan ECC lebih sering terjadi pada gigi insisivus maksila.

Dampak ECC

  1. Jangka pendek
    Nyeri, infeksi (misalnya abses), nafsu makan menurun, gangguan tidur, sekolah terganggu dengan aktivitas yang terbatas, berkurangnya kemampuan belajar dan konsentrasi, kebutuhan untuk ekstraksi gigi, kebutuhan perawatan yang lebih kompleks, kehilangan gigi dini (premature loss) yang dapat mengarah pada maloklusi (ketidakteraturan gigi).
  2. Jangka panjang
    Oral hygiene buruk dan penyakit dental biasanya berlanjut hingga usia dewasa, risiko tinggi lesi karies baru pada gigi susu lainnya dan geligi permanen, memengaruhi kesehatan umum anak, menyebabkan perkembangan fisik yang kurang terutama dalam tinggi dan berat badan, peningkatan biaya dan waktu perawatan bagi orang tua, potensi terganggunya bicara, nutrisi, dan kualitas hidup.

PENATALAKSANAANNYA

l1

Gambar 1: Strategi Pencegahan Eaerly Chilhood Caries

  1. Pencegahan
    Terdapat tiga pendekatan umum yang digunakan untuk pencegahan early childhood caries. Melalui komunitas, professional maupun home care.
    Perawatan kebersihan pribadi terdiri dari menyikat dan membersihkan gigi dengan baik setiap hari. Menyikat gigi dan flossing yang baik untuk menghilangkan dan mencegah pembentukan dari plak atau biofilm gigi. Menggunakan pasta gigi. Disarankan untuk meminimalkan memakan cemilan karena saat makan cemilan terus menerus dapat menciptakan suplai nutrisi yang untuk bakteri yang membentuk asam di dalam rongga mulut. Membatasi frekuensi konsumsi minuman yang mengandung gula dan tidak memberikan botol pada bayi saat tidur. Mengunyah permen karet yang mengandung xylitol.
    Professional hygiene care meliputi penilaian risiko karies pada saat anak datang ke drg, melakukan profilaksis (pembersihan), pemberian casein phosphor peptide (CPP) dan topikal flourida serta melakukan sealant pada gigi geraham yang mempunyai titik dan garis yang dalam.
  2. Perawatan
    Gigi berlubang (karies) 

    • Restorasi Gigi
      Restorasi atau penambalan pada gigi untuk mengembalikan fungsi, integritas dan morfologi struktur gigi yang hilang. Pada kasus yang cukup parah, diperlukan tindakan seperti pulpotomi atau pulpektomi (perawatan saraf gigi) dengan prosedur perawatan yang lebih lama. . Penambalan dapat juga dengan dengan pembuatan stainless steel crown (mahkota logam) pada gigi yang mengalami karies yang luas.
    • Pencabutan Gigi
      Pencabutan gigi yang rusak dilakukan jika kerusakan sudah sangat luas dan tidak memungkinkan untuk dilakukan penambalan.

SIMPULAN

ECC adalah penyakit multifaktorial yang diakibatkan oleh interaksi mikroorganisme (bakteri) kariogenik, fermetasi karbohidrat (substrat), dan permukaan gigi yang rentan (host) dan waktu. Rasa sakit akibat karies gigi berdampak negatif pada kualitas hidup anak. Pola pemberian makan (susu menggunakan botol) yang salah pada anak, kebersihan mulut (oral hygiene) yang buruk, sering mengonsumsi makanan bergula serta faktor risiko lainnya merupakan penyebab tingginya prevalensi Early Childhood Caries (ECC). Perawatan ECC seringkali mahal dan membutuhkan perawatan restoratif yang lebih kompleks. Apabila kerusakan gigi luas dan tidak dapat di restorasi, maka dilakukan pencabutan gigi di usia dini. Oleh karena itu, pencegahan penyakit gigi dan mulut dan promosi kesehatan gigi mulut perlu dilakukan.

Lindasari Sembiring, drg., Sp.KGA., MKG.

Daftar Pustaka:

  1. Boustedt, K, Dahlgren J, Twetman S, Roswall J, Tooth brushing habits and prevalence of early childhood caries: a prospective cohort study, 2019, European Archives of Paediatric Dentistry, 21:155–159
  2. Francisco j, Ramos Gomez, Pediatric Dental Care: Prevention and Management Protocols, Based on Caries Risk Assessment, J Calif Dent Assoc. 2010; 38(10): 746–761.
  3. Price D, Pediatric Nursing, 2008. Ten edition Elsevier
  4. Beith K, Tassoni, Bulman, Children”s Care, Laerning & Development, 2005, Heinnemann
  5. Muthu, Sivakumar, 2009, Paediatric Dentistry: Principles and Practive, Elsevier
  6. Donald M, McDonald and Avery Dentistry for the Child and Adolescent, 2011, ninth edition
  7. Uribe S. Early childhood caries – risk factors. Evid Based Dent (2009) 10(2):37–8.10.1038/sj.ebd.6400642
  8. Riskesdas 2018
  9. Anil S, Anand PS. Early Childhood Caries: Prevalence, Risk Factors, and Prevention. Front Pediatr. July 2017; 5: 1
  10. Msefer, S., ‘Early Childhood Caries: Importance of early diagnosis of Early Childhood Caries’. J Dent Quebec, 2006, hlm. 6-8.5. Douglass, JM., Douglass, AB., Silk, HJ., ‘A practical guide to infant oral health’. Am Fam Phycisian, 2004, vol. 70, hlm. 1-3.6. Welbury, R.R., Paediatric Dentistry: Ed. 2, 2003, Oxford University Press. Oxford
  11. Douglass JM, Douglass AB, Silk HJ. A practical guide to infant oral health. Am Fam Physician. 2004;70:2113–20. [PubMed: 15606059]
CategoryTopik Gigi Anak